tinggalkan jejak

Google Search

cari apa yang terpikirkan

Bajang-Bali's Fan Box

Bajang-Bali on Facebook
Senin, 15 Februari 2010

PostHeaderIcon Pelajar Indonesia no.1

Apa SDM indonesia itu rendah? Jawabannya cukup bervariasi. Ada yang bilang “ya”, “lumayan”, “cukup”, atau “sangat”. Apa ada yang bilang “tidak”? Lalu, apa benar Indonesia itu berSDM rendah? Bagi Penulis, jawabannya adalah tidak. Kenapa? Karena sebenarnya masyarakat Indonesia itu berkualitas. Apa buktinya? Baiklah, ini dia….

Situasi belajar siswa Papua Setahun yang lalu, seorang Profesor alumnus Fisika College of William and Mary (Virginia, AS) mengajak 27 siswa dari Papua yang sudah dipilih acak dan berkemampuan kurang untuk dilatih belajar matematika. Beliau ini adalah pendiri Surya Institute yang merupakan sebuah lembaga yang berkecimpung dalam mempersiapkan mudaers Indonesia mengikuti olimpiade MIPA Internasional. Kalian pastinya tahu sosok ini. Yup, Beliau adalah Prof. Yohanes Surya PhD.

Selama kurang lebih 10 bulan ini, Pak Surya dan guru-guru di Surya Institute telah memberikan pelatihan yang intensif kepada siswa-siswa tersebut. Tiap harinya, mereka belajar selama empat jam. Selain itu, mereka juga dibekali buku latihan soal-soal hitungan dasar matematika yang wajib diselesaikan dalam waktu sebulan. Dan bulan-bulan selanjutnya, pembelajaran diberikan dengan metode-metode belajar lanjutan yang jauh lebih menyenangkan dan mengasyikan.

Dari 27 siswa itu, ada 2 diantaranya yang kemampuannya “lebih menonjol” dibandingkan yang lainnya. Merlin Kogoya, bocah berusia 9 tahun, siswa kelas IV SD YPPGI, Kabupaten Tolikara, Papua, salah satunya. Selama belajar di lembaga itu, dirinya merasa mengalami kemajuan yang sangat memuaskan. Dulunya, ia memerlukan waktu yang cukup lama untuk melakukan perhitungan dasar matematika, sekarang hanya memerlukan waktu tak lebih dari 10 detik. Seorang lainnya yaitu Christian Murib, anak Papua dari SD YPPK Betlehem, Wamena yang baru berusia 11 tahun, pun mengalami hal yang sama. Bila keduanya ditanyakan mengenai masa depan, keduanya memilih untuk menjadi profesor matematika. Sungguh, mereka itu luar biasa. Memang, dulu mereka dikatakan bodoh dalam berhitung. Tapi kenyataannya, mereka tak sebodoh yang dikatakan.

Prof. Yohanes Surya PhD bersama siswanya Itu semua berawal dari sebuah pengalaman kecil di Papua yang membuat Pak Surya tergerak untuk membawa beberapa siswa Papua ke sekolah yang didirikannya. Dan dari sana pula, Beliau memiliki keyakinan bahwa “Tidak ada anak Indonesia yang bodoh”. Dengan membawa siswa Papua inilah, Pak Surya ingin membuktikan bahwa keyakinannya itu bukanlah suatu kesalahan.

Setamatnya dari College of William and Mary, Beliau sempat ditanyai oleh seorang teman baiknya saat tinggal di Amerika Serikat mengenai rencana karirnya setelah tamat kuliah. Ternyata, Beliau memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Alasannya, Beliau ingin membuktikan kalau tanggapan temannya mengenai bangsa Indonesia itu salah dengan cara membawa nama Indonesia dalam olimpiade internasional. Buktinya, Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI) yang dipegang oleh Beliau telah mengharumkan nama Indonesia.

Tak hanya itu prestasi yang telah diberikan Beliau kepada Indonesia. Sebelum membawa 27 siswa dari Papua tersebut, Beliau juga telah memberikan pembelajaran intensif kepada Septinus George Saa dari SMAN 3 Wamena, Papua. Septinus berhasil meraih penghargaan The First Step to Nobel Prize pada 2003. Setahun kemudian, Beliau membimbing siswi dari Papua lainnya, Anneke Bowaire dari SMA Serui, yang berhasil merebut gelar The First Step to Nobel Prize pada 2004.

Sebagai seseorang yang bangga akan Indonesia, Pak Surya telah mengabdikan dirinya untuk memajukan kembali pendidikan di Indonesia. Nah, bagaimana dengan kita, mudaers Indonesia? Ada banyak cara yang dapat kita lakukan. Dari lingkup yang paling sederhana, misalnya sebagai pelajar. Mudaers bisa mengapresiasikan talenta yang dimiliki baik melalui kegiatan ekstra kurikuler, kegiatan berorganisasi, kelompok siswa penggemar mata pelajaran, jurnalistik, dan masih banyak lagi. Perlu kita ingat satu hal yang paling penting :
“Kita, anak muda Indonesia, tulang punggung bangsa. Indonesia ada di tangan kita. Indonesia in our arms” (pake blockquote kalo bisa)

0 komentar:

Posting Komentar

Tag Cloud

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Protected by Copyscape Online Plagiarism Scanner