tinggalkan jejak

Google Search

cari apa yang terpikirkan

Bajang-Bali's Fan Box

Bajang-Bali on Facebook
Sabtu, 20 Februari 2010

PostHeaderIcon Tirta Empul-Empul di Indonesia

Wah setelah lama hanya niat untuk menulis tentang Bali, nah

Eh bule SMA N 1 Sgr kesasar hehehe---sorry ndro gwa g bilang-bilang ngambil foto lu kali ini Bajang Bali akan menulis tentang Pulau kebanggaan kami. Hehehe…

Darimana ya kami jelasin?

Okelah karena kami baru saja mengunjungi Tirta Empul beberapa waktu lalu, maka kali ini akan kami ceritakan tentang Tirta Empul saja.

Sebelum kami menghadapi Pemantapan Kabupaten, kami berTirta Yatra (suatu acara persembahyangan mengunjungi pura-pura / tempat suci secara beruntun untuk memperoleh Tirta atau air suci) bersama Bajang-bajang Bali dari SMA N1 Singaraja. Kami mengunjungi Tirta Empul dan Besakih.

Kenapa hanya 2 Pura?

Soalnya waktu yang tersedia tidak banyak, mengunjungi Tirta Empul memerlukan waktu yang cukup lama, karena di sana kami, para bajang bali mengambil Tirta di tempat khusus, dan antreannya sangat panjang apalagi 1 sekolah.

Tirta--Tirta Empul , apa hubungannya ya?

Antriannya penuhNah, perlu kalian ketahui, nama Tirtha Empul termuat dalam sebuah prasasti yang pada saat ini disimpan di Pura Sakenan, desa Manukaya, kecamatan Tampaksiring, yang terletak sekitar 3 km dari Pura Tirta Empul. Dalam prasasti ini, Tirtha Empul dinamakan “Tirtha ri air hampul”, lama kelamaan menjadi Tirtha Hampul dan akhirnya menjadi “Tirta Empul”.

Tirta ri air Hampul? Apa maksudnya?

“Tirtha ri air hampul” maksudnya adalah “patirthan yang airnya mengepul atau kolam suci yang airnya mengepul”.

Kemudian pada tahun 960 M (882 Caka) ditata seperti kolam yang disucikan oleh raja “Indrajayasinghawarmadewa” dengan nama “Tirtha ri air hampul”. Hal ini termuat dalam prasasti di Pura Sakenan. Selain data efigrafi itu, di Pura Tirtha Empul ditemukan pula peninggalan arkeologi sebagai berikut :

  1. Lingga yoni, terletak di halaman II, diatas sebuah altar di balik tembok (aling-aling) dari gapura yang menghadap ke sebelah barat.
  2. Arca Singa, yang sudah rapuh di bagian mukanya sehingga sulit dikenali. Dan dalam mithologi Hindu, singa merupakan kendaraan Dewi Durga, Istri Dewa Siwa (Sang Pelebur / Pemusnah).
  3. Tepasana, adalah bangunan yang pada saat dahulunya hanya berupa teras. Bentuk bangunan yang ada sekarang merupakan hasil pemugaran pada tahun 1967 M. Tanda selesai dilakukan pemugaran dengan mengunakan tahun Caka dalam bentuk rangkaian relief yang disebut Candrasangkala / kronogram yang terdiri dari relief matahari nilainya 1, gajah nilainya 8, naga nilainya 8, candi bentar nilainya 9. Bila dirangkai nilainya menjadi 1889 Caka atau 1967 M.
  4. Kolam Tirtha Empul, mata airnya mengepul sendiri dari tanah, lokasinya terletak di paling bawah pada kawasan dataran rendah yang dikelilingi oleh dataran yang jauh lebih tinggi yang berada di sekitarnya. Pada tahun 960 M, mata air yang mengepul dari dalam tanah ini dibangun / diperluas oleh raja "Indrajaya Singawarmadewa.

Air dari kolam suci ini lalu dialirkan ke arah hilir melalui pancuran-pancuran yang airnya digunakan sebagai tirta dalam berbagai upacara ritual. Pancuran yang terdapat sekarang telah mengalami perbaikan, karena tulisan yang dipahatkan dalam beberapa pancuran sebagai petunjuk pemanfaatannya mengunakan tulisan huruf Bali baru. Pancuran-pancuran yang terdapat sekarang dikelompokan menjadi 2:

Kelompok 5 pancuran, terletak paling timur, oleh masyarakat sekitar sangat disucikan, karena itu dikelilingi oleh tembok pembatas dan di tengah kolam terdapat tempat suci. Air yang dianggap suci ini digunaan sebagai tirtha untuk upacara agama.
Kelompok 8 pancuran, terletak di sebelah barat kelompok 5 pancuran. Kelompok pancuran yang berjumlah 8 ini disekat menjadi 2 bagian yang terdiri dari 5 pancuran diantaranya ada yang berfungsi sebagai pengleburan gering, yang artinya menghilangkan beragam penyakit dan 3 pancuran (di sebelah barat) diantaranya ada yang berfungsi sebagai tirtha yang berkaitan dengan sumpah. Klam pada pancuran 8 tersebut juga dipakai sebagai penyucian diri secara ritual bagi lagi-laki.
Kelompok 13 pancuran, terletak paling barat menghadap ke selatan. Kolam dari 13 pancuran ini antara lain berfungsi untuk pengeleburan dasa mala yaitu melebur berbagai jenis dosa dan sebagai tirtha pembersihan dan tirtha pangentas yaitu tirtha untuk menyucikan rohani bagi orang yang telah meninggal.

ini foto pancorannyaSelain itu juga digunakan oleh perempuan untuk penyucian diri dengan ritual tertentu. Nah di dini kami tidak boleh “nunas” meminta tirta dari 2 pancurannya, yakni yang untuk orang yang meninggal (pangentas) dan untuk yang cuntaka (pancuran yang posisinya jika tidak salah ketiga dari timur).
Kelompok 5 pancuran, menghadap ke barat berfungsi untuk pancuran 'pengelebur maklum bawah', air suci yang bersifat membersihkan serta menyucikan wanita yang belum haid pada masanya.

Karena obyek wisata ini sangat disucikan oleh masyarakat, bagi pengunjung yang sedang cuntaka (kotor atau leteh dalam artian sedang datang bulan, ada kerabat meninggal, atau yang lainnya—sebaiknya tanyakan pada pemandu jika ingin kesini) tidak diperkenankan masuk ke areal suci.

Itu sedikit ulasan tentang Tirta Empul, tempat yang benar-benar menakjubkan bagi kami. Setelah itu akan kami jelaskan mengenai Besakih, tapi pada postingan selanjutnya^^.

Bali memang tempat yang menakjubkan,Bajang bali bangga Bali di Indonesia *~_^

0 komentar:

Posting Komentar

Tag Cloud

Blogumulus by Roy Tanck and Amanda Fazani
Protected by Copyscape Online Plagiarism Scanner